Air Sungai berwarna coklat kehitam-hitaman, sedikit berarus karena mulai surut. Masih tersisa jejak pendaratan material pada awal operasi PTFI tahun 1969 sampai 1994. Mungkin banyak orang tidak mengetahuinya namun tempat ini pastilah menyimpan banyak ceritera dan kenangan bagi mereka yang pernah menjejakinya pada dekade awal PTFI mulai beroperasi.
Waktu itu kawasan yang kita kenal dengan sebutan Timika masih merupakan belantara tropis yang sangat sulit ditembus dengan beberapa perkampungan kecil yang terpencar , dihuni tidak lebih dari seribu orang. Tidak ada infrastruktur dasar sama sekali yang dapat menunjang sebuah pemerintahan maupuan operasi sebuah perusahaan. Sehingga Freeport harus memulai membangun berbagai prasarana dan sarana penunjang operasinya. Salah satunya adalah pelabuhan. Ini mengisahkan betapa terisolasinya masyarakat pribumi baik dataran tinggi maupun di dataran rendah.
Hutan bakau tropis yang lebat harus ditebang dijadikan kawasan pelabuhan, jalan serta prasarana lainnya. Kondisi yang berawa, dan rimba melengkapi pergumulan berat saat membangun sebuah harapan ditengah belantara papua dari Amamapare sampai ke Tembagapura guna mendukung operasi PT. Freeport
Sebagai alternatifnya, persimpangan Sungai Yaramaya (Tipuka) dan Manimapare dianggap paling strategis dijadikan solusi darurat sebagai transito. Sebelum dibuat jalan sampai Amamapare. Semua material melalui jalan darat dibawa dari pelabuhan Amamapare menggunakan tongkang ke pad 11 . Sedangkan untuk melayani karyawan dan keluarga dari Amamapare ke Timika atau sebaliknya serta ke pesisir sekitarnya disediakan tiga kapal berukuran kecil yaitu; Yaramaya dan Wania masing-masing memuat 37 penumpang sedangkan Tipuka dengan kapasitas 65 penumpang.
Kurang lebih 20 tahun solusi darurat ini dipertahankan, kemudian dalam tahun 1993 barulah dibangun jalan antara Pad 11 ke Amamapare dengan dasar jalan menggunakan alas ban mobil bekas dan lapisan geofabric kondisi jalan kerikil yang digilar kedalam tanah ( rolled in gravel layer).
Sejak tahun 1995, dermaga ini menjadi sepi bagai tak bernyawa lagi, tiada lagi deru mesin chopper, kapal, bus dan truck yang memompa nadi aktivitas di sini. Sekarang hanya tersisa kenangan bagi mereka yang pernah mengalami masa itu.
Sejak tahun 1995, dermaga ini menjadi sepi bagai tak bernyawa lagi, tiada lagi deru mesin chopper, kapal, bus dan truck yang memompa nadi aktivitas di sini. Sekarang hanya tersisa kenangan bagi mereka yang pernah mengalami masa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar