Renungan ini, untuk Vic. Diana Gandegoay, semoga Tuhan memberikan kekuatan dalam pelayanan mu
Baca: Mazmur 71:1-24
Mengapa Saya ?
Mengapa Saya ?
Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; US Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975). Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.
Seorang penggemarnya menulis surat kepadanya,"Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?" Ashe menjawab,"Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis,diantaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis,500 ribu orang belajar menjadi pemain tenis profesional,50 ribu datang ke arena untuk bertanding,5000 mencapai turnamen grandslam,50 orang berhasil sampai ke Wimbeldon, empat orang di semifinal, dua orang berlaga di final.
Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan,"Mengapa saya?", Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan,"Mengapa saya?" Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan. Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan. Tetapi tidak demikian. Ia berbeda dengan kebanyakan orang. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup yang menekan berat.Ketika menerima sesuatu yang buruk, ingatlah saat - saat ketika kita menerima yang baik...
“Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah.” Mazmur 71:5
Daud memiliki pengalaman luar biasa bersama Tuhan. Kita pun patut mengalaminya dan bisa belajar dari kehidupan Daud ini. Dalam berbagai persoalan yang dialami, Daud selalu menjadikan Tuhan sebagai benteng dan batu perlindungan. Ketika bahaya mengancam, Daud berdoa, “Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.” (ayat 3).
Bagi Daud tak seorang pun di dunia ini yang dapat menjadi jaminan keselamatan bagi jiwanya. Itulah sebabnya ia berkata, “...Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. KepadaMulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji.” (ayat 5-6). Daud sadar, apabila manusia menjadi tua dan renta akan menjadi beban bagi keluarganya. Banyak orang tua di masa tuanya disia-siakan, terbuang atau tersisih dari anak cucunya. Dalam pengharapannya Daud memohon kepada Tuhan, “Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.” (ayat 9). Kita yang lanjut usia pun tetap dikasihiNya, bahkan mendapat janji yang indah, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” (Yesaya 46:4).
Namun untuk mendapatkan pemeliharaan Tuhan yang indah ini kita harus setia dan tetap setia sampai akhir hayat kita. Jangan sekali-kali tinggalkan Tuhan, apalagi sampai 'bercabang hati' dengan mengharapkan ilah lain atau manusia. Ketika keadaan kita terpuruk dan miskin pun jangan sekali-kali terlintas dalam pikiran kita untuk berharap pada pertolongan manusia, sekali pun mereka itu orang kaya atau berpangkat. Kita harus berani berkata, “...aku ini sengsara dan miskin - ya Allah, segeralah datang! Engkaulah yang menolong aku dan meluputkan aku; ya Tuhan, janganlah lambat datang!” (Mazmur 70:6).
Pandang saja Yesus, karena Dialah sumber pengharapan kita, bukan yang lain!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar