Berhenti Setelah Hantam Jembatan, Semua Penumpang Selamat
TERGELINCIR. Pesawat Merpati Nusantara Airlines (MNA) jenis Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan PK-MDE 836 yang terbang dari Sorong tergelincir saat landing di Bandara Rendani Manokwari, Selasa 13 April. (FOTO LAODE MURSIDIN/RADAR SORONG)
TERGELINCIR. Pesawat Merpati Nusantara Airlines (MNA) jenis Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan PK-MDE 836 yang terbang dari Sorong tergelincir saat landing di Bandara Rendani Manokwari, Selasa 13 April. (FOTO LAODE MURSIDIN/RADAR SORONG)
MANOKWARI -- Pesawat Merpati Nusantara Airlines (MNA) jenis Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan PK-MDE 836 yang terbang dari Sorong sekitar pukul 10.55 WIT Selasa 13 April, tergelincir dan terempas ke sungai saat mendarat di Bandara Rendani, Manokwari.
Badan pesawat yang mengangkut 103 penumpang dan awak -- enam di antaranya bayi dan anak-anak itu-- baru terhenti setelah menghantam jembatan dan moncongnya mencium pinggir sungai. Saksi mata di sekitar bandara mendengar tiga ledakan keras menyerupai ledakan bom saat pesawat meluncur ke luar landasan pacu hingga akhirnya menghantam jembatan kecil sekitar dari 300 meter dari ujung landasan. "Sekali ledakan keras dan dua lainnya relatif kecil," ujar John Altion, petugas komunikasi Bandara Rendani, Manokwari.
Pantauan Radar Sorong (Group Fajar), badan pesawat terpotong menjadi dua bagian. Mesin pesawat bagian kiri terlepas dan terjatuh ke tanah, sementara moncongnya penyok serta bagasi terbuka. Akibatnya, sebagian besar penumpang menderita luka serius dan patah tulang. Meski begitu, semuanya berhasil dievakuasi ke luar dari badan pesawat dan dilarikan ke rumah sakit. Para penumpang yang terluka langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Dr Azhar Zahir Fasarkhan TNI AL, dan RUSD Manokwari. Di RS TNI AL, tercatat 41 orang yang dirawat, termasuk pilot Djoko Subiantoro, co pilot Agus Purnomo, dan tiga kru pesawat. Selebihnya, 43 penumpang dirawat di RSUD Manokwari.
Kepala RS TNI AL Manokwari, Mayor Laut (K) dr Franciscus Tannardus, menjelaskan bahwa 20 penumpang harus menjalani rawat inap karena cederanya tergolong serius. Sedang 21 lainnya sudah bisa langsung ke tempat tujuannya masing-masing setelah mendapat perawatan. Sementara di RSUD Manokwari, Pjs Ka RSUD, Pieter Ihalauw mengemukakan bahwa dari 43 penumpang yang mereka terima, 41 di antaranya harus dirawat inap. "Umumnya mereka terluka di kepala, tangan dan kaki. Ada juga yang alami gangguan abdomen," jelas Ihalauw saat ditemui di UGD.
Manajer Cabang MNA Manokwari, Riki Dede mengatakan, seluruh biaya perawatan penumpang menjadi tanggung jawab pihaknya. "Semua biaya perawatan menjadi tanggungan kami. Keluarga para penumpang tidak perlu cemas," ujarnya. Akibat insiden Merpati di Manokwari itu, GM Merpati Wilayah Makassar juga disibukkan. Informasi yang diperoleh dari pihak merpati menyebutkan, pihak Merpati Makassar akan menyusul ke Manokwari untuk mengecek penumpang yang berasal dari Makassar.
Penumpang Panik
Kepala Bandara Rendani Manokwari, Bambang Noroguntoro yang menjadi salah satu penumpang dari pesawat nahas ini menyatakan bahwa terjadi kepanikan luar biasa ketika pesawat tak bisa dikendalikan dan keluar landasan pacu. Hampir semua penumpang berteriak histeris. "Saat saya rasa pesawat terguncang, saya mencoba berlindung di balik tempat duduk. Kepala saya terbentur karena guncangan," ujarnya. Para penumpang makin panik ketika melihat pesawat terbelah.
Dengan perasaan takut, penumpang pun berusaha menyelamatkan diri lewat pintu depan dan pintu darurat. Meski letak pintu pesawat dan permukaan tanah relatif tinggi, para penumpang yang panik itu tetap nekat meloncat. Karena itulah beberapa di antara mereka menderita patah tulang kaki dan lengan. Hanya dalam waktu beberapa menit, suasana di sekitar lokasi kejadian menjadi ramai. Ribuan warga terus berdatangan untuk melihat dari dekat kejadian langka ini. Sempat terjadi kemacetan lalu lintas yang membuat aparat kepolisian kewalahan.
Cuaca Buruk
Bambang Noroguntoro yang baru sebulan bertugas di Bandara Rendani menjelaskan, pihaknya sudah mulai cemas saat pilot memutuskan melanjutkan penerbangan dari Sorong. Soalnya, saat itu cuaca lagi kurang bersahabat. "Setelah terbang dari Makassar dan mendarat di Sorong, penerbangan lanjutan sebetulnya sempat tertunda akibat cuaca buruk," ucap kepala Bandara Rendani, Manokwari ini. Menurutnya, pilot pesawat sudah diingatkan agar menunggu sesaat di Sorong karena cuaca di Manokwari sangat buruk. Tapi, setelah mendapat laporan bahwa pesawat Batavia Air yang juga terbang dari Sorong berhasil mendarat dengan selamat di Manokwari meski hujan deras, pilot juga memutuskan berangkat. Kapolres Manokwari, AKBP Bambang Ricky yang ditemui di lokasi kejadian menyatakan, pihaknya akan ikut melakukan penyelidikan. Saat peristiwa, jajarannya langsung diterjunkan untuk membantu evakuasi bersama anggota TNI dan SAR. "Kita belum tahu penyebab pastinya. Tapi, saat kejadian cuaca lagi ekstrem. Hujan tengah deras-derasnya," jelas Bambang.
Investigasi KNKT
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dijadwalkan hari ini terbang ke Manokwari untuk menyelidiki penyebab insiden Merpati ini. Rencana kedatangan Tm Investigasi KNKT itu diungkapkan Bambang Noroguntoro. "Ya, besok pagi (hari ini) tim investigasi akan datang untuk melakukan penyelidikan kecelakaan ini. Mereka (Tim KNKT) katanya akan berangkat sebentar malam (tadi malam)," ucap Bambang saat ditemui di ruang kerjanya siang kemarin. Kecelakaan pesawat berbadan lebar ini merupakan yang kedua kalinya di Bandara Rendani Manokwari dalam lima tahun terakhir. Pada, 5 Januari 2005 lalu, pesawat Celebes dengan nomor penerbangan XRE 810 juga tergelincir keluar landasan pacu. Sejumlah pihak masih mempertanyakan kelayakan Bandara Rendani Manokwari untuk didarati pesawat berbadan lebar jenis Boeing. Bandara yang terletak di tengah Kota Manokwari ini sekarang memiliki panjang 2000 m X 30 m, parkir/apron 124 m X 66,8 m. Pengembangan landasan pacu sulit dilakukan karena pada kedua sisinya terdapat laut dan sungai. (sah-jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar