Lokasi kimbeli sekitar 4 Km dari Kota Tembagapura ke dalam cekungan lembah Waa. Sebelum memasuki kampung Banti hanya dibatasi oleh jembatan Aghawagong depan Banti I. Permukiman Kimbeli terletak pada lereng-lereng pinggir jalan menuju kampung Waa - Banti berhadapan dengan aliran sungai Aghawagong. Dulu lahan ini milik Marga Omaleng dan Natkime. Saat namun sekarang dominan dihuni oleh orang Dani – Damal. Rumah – rumah penduduk kebanyakan berbentuk honai tidak ada sarana dan fasilitas pendidikan maupun kesehatan. Pertambahan jumlah penduduknya semakin cepat, sementara ketersediaan lahan untuk berkebun sangat terbatas. Hal ini mendesak penduduk Kimbeli lebih Agresif membuka hutan pada lereng di sepanjang sungai Aghawagong untuk berkebun. Beberapa honai juga sudah dibangun membentuk permukiman di tepian sungai.
Sementara Utikini Lama yang pernah di tahun 1998, dijadikan kawasan terbatas karena rawan longsor kini telah menjadi permukiman baru yang terdiri dari camp-camp pendulang. Sungai Aghawagon/ kali Kabur bukan saja menarik perhatian suku-suku pedalaman namun juga para pendatang dari Luar Papua yang telah membaur dalam permukiman ini. Herannya, sistem pengamanan dan akses masuk ke Tembagapura yang begitu ketat dari Mile 28 hingga mile 66 bahkan Kota Tembagapura sendiri dikelilingi pagar namun para pendatang ini semakin bertambah.
Melihat kondisi kawasan terbatas yang sudah ramai dengan honai serta kamp-kamp pendulang, pemandangan pada lereng-lerang gunung dipinggir sungai Aghawagong mulai gundul, maka kawasan ini boleh dibilang rawan banjir dan longsor saat ini .
Selain mendulang ada beberapa faktor lain yang memotivasi suku Dani – Damai, Moni dan Nduga memasuki Kimbeli, antara lain telah terjadi perkawinan antar suku Amungme dengan suku pendatang, Lembah Waa merupakan sebuah kawasan yang boleh dibilang cukup ramai bagi sebuah desa di pedalalaman dimana terdapat semua fasilitas dan sarana penunjang. Rata-rata para penduduknya adalah usia produktif (pekerja).
Jelas bahwa pertumbuhan penduduk Mimika baik di dataran tinggi maupun dataran rendah dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan yang sangat cepat seiring dengan operasi PTFI dan lahirnya kabupaten Mimika di tahun 1999 sehingga pertumbuhan penduduk di Timika mencapai (16.9%) dari tahun 1973 ~ 2004 . Keberadaan PTFI di Bumi Mimika masih mendominasi daya tarik dan Harapan bagi pendatang dan Masyarakat setempat. Meningkatnya kaum pendatang, termasuk suku-suku dari pegunungan yang bergabung dalam program transmigrasi lokal ke dataran rendah maupun mereka yang datang sendiri dari berbagai tempat sekitar Mimika turut mempengaruhi kondisi sosial yang dinamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar