Negeri Iwaka

Negeri Iwaka
Odie

Kamis, 15 April 2010

TUHAN SATU-SATUNYA PENGHARAPAN!

Renungan ini, untuk Vic. Diana Gandegoay, semoga Tuhan memberikan kekuatan dalam pelayanan mu
Baca: Mazmur 71:1-24
Mengapa Saya ?

Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; US Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975). Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.
Seorang penggemarnya menulis surat kepadanya,"Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?" Ashe menjawab,"Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis,diantaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis,500 ribu orang belajar menjadi pemain tenis profesional,50 ribu datang ke arena untuk bertanding,5000 mencapai turnamen grandslam,50 orang berhasil sampai ke Wimbeldon, empat orang di semifinal, dua orang berlaga di final.
Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan,"Mengapa saya?", Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan,"Mengapa saya?" Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan. Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan. Tetapi tidak demikian. Ia berbeda dengan kebanyakan orang. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup yang menekan berat.Ketika menerima sesuatu yang buruk, ingatlah saat - saat ketika kita menerima yang baik...

“Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah.” Mazmur 71:5

Daud memiliki pengalaman luar biasa bersama Tuhan. Kita pun patut mengalaminya dan bisa belajar dari kehidupan Daud ini. Dalam berbagai persoalan yang dialami, Daud selalu menjadikan Tuhan sebagai benteng dan batu perlindungan. Ketika bahaya mengancam, Daud berdoa, “Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.” (ayat 3).

Bagi Daud tak seorang pun di dunia ini yang dapat menjadi jaminan keselamatan bagi jiwanya. Itulah sebabnya ia berkata, “...Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. KepadaMulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji.” (ayat 5-6). Daud sadar, apabila manusia menjadi tua dan renta akan menjadi beban bagi keluarganya. Banyak orang tua di masa tuanya disia-siakan, terbuang atau tersisih dari anak cucunya. Dalam pengharapannya Daud memohon kepada Tuhan, “Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.” (ayat 9). Kita yang lanjut usia pun tetap dikasihiNya, bahkan mendapat janji yang indah, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” (Yesaya 46:4).

Namun untuk mendapatkan pemeliharaan Tuhan yang indah ini kita harus setia dan tetap setia sampai akhir hayat kita. Jangan sekali-kali tinggalkan Tuhan, apalagi sampai 'bercabang hati' dengan mengharapkan ilah lain atau manusia. Ketika keadaan kita terpuruk dan miskin pun jangan sekali-kali terlintas dalam pikiran kita untuk berharap pada pertolongan manusia, sekali pun mereka itu orang kaya atau berpangkat. Kita harus berani berkata, “...aku ini sengsara dan miskin - ya Allah, segeralah datang! Engkaulah yang menolong aku dan meluputkan aku; ya Tuhan, janganlah lambat datang!” (Mazmur 70:6).
Pandang saja Yesus, karena Dialah sumber pengharapan kita, bukan yang lain!

Selasa, 13 April 2010

Tergelincir, Pesawat Merpati terpotong Dua

Berhenti Setelah Hantam Jembatan, Semua Penumpang Selamat
TERGELINCIR. Pesawat Merpati Nusantara Airlines (MNA) jenis Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan PK-MDE 836 yang terbang dari Sorong tergelincir saat landing di Bandara Rendani Manokwari, Selasa 13 April. (FOTO LAODE MURSIDIN/RADAR SORONG)


MANOKWARI -- Pesawat Merpati Nusantara Airlines (MNA) jenis Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan PK-MDE 836 yang terbang dari Sorong sekitar pukul 10.55 WIT Selasa 13 April, tergelincir dan terempas ke sungai saat mendarat di Bandara Rendani, Manokwari.
Badan pesawat yang mengangkut 103 penumpang dan awak -- enam di antaranya bayi dan anak-anak itu-- baru terhenti setelah menghantam jembatan dan moncongnya mencium pinggir sungai. Saksi mata di sekitar bandara mendengar tiga ledakan keras menyerupai ledakan bom saat pesawat meluncur ke luar landasan pacu hingga akhirnya menghantam jembatan kecil sekitar dari 300 meter dari ujung landasan. "Sekali ledakan keras dan dua lainnya relatif kecil," ujar John Altion, petugas komunikasi Bandara Rendani, Manokwari.
Pantauan Radar Sorong (Group Fajar), badan pesawat terpotong menjadi dua bagian. Mesin pesawat bagian kiri terlepas dan terjatuh ke tanah, sementara moncongnya penyok serta bagasi terbuka. Akibatnya, sebagian besar penumpang menderita luka serius dan patah tulang. Meski begitu, semuanya berhasil dievakuasi ke luar dari badan pesawat dan dilarikan ke rumah sakit. Para penumpang yang terluka langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Dr Azhar Zahir Fasarkhan TNI AL, dan RUSD Manokwari. Di RS TNI AL, tercatat 41 orang yang dirawat, termasuk pilot Djoko Subiantoro, co pilot Agus Purnomo, dan tiga kru pesawat. Selebihnya, 43 penumpang dirawat di RSUD Manokwari.
Kepala RS TNI AL Manokwari, Mayor Laut (K) dr Franciscus Tannardus, menjelaskan bahwa 20 penumpang harus menjalani rawat inap karena cederanya tergolong serius. Sedang 21 lainnya sudah bisa langsung ke tempat tujuannya masing-masing setelah mendapat perawatan. Sementara di RSUD Manokwari, Pjs Ka RSUD, Pieter Ihalauw mengemukakan bahwa dari 43 penumpang yang mereka terima, 41 di antaranya harus dirawat inap. "Umumnya mereka terluka di kepala, tangan dan kaki. Ada juga yang alami gangguan abdomen," jelas Ihalauw saat ditemui di UGD.
Manajer Cabang MNA Manokwari, Riki Dede mengatakan, seluruh biaya perawatan penumpang menjadi tanggung jawab pihaknya. "Semua biaya perawatan menjadi tanggungan kami. Keluarga para penumpang tidak perlu cemas," ujarnya. Akibat insiden Merpati di Manokwari itu, GM Merpati Wilayah Makassar juga disibukkan. Informasi yang diperoleh dari pihak merpati menyebutkan, pihak Merpati Makassar akan menyusul ke Manokwari untuk mengecek penumpang yang berasal dari Makassar.
Penumpang Panik
Kepala Bandara Rendani Manokwari, Bambang Noroguntoro yang menjadi salah satu penumpang dari pesawat nahas ini menyatakan bahwa terjadi kepanikan luar biasa ketika pesawat tak bisa dikendalikan dan keluar landasan pacu. Hampir semua penumpang berteriak histeris. "Saat saya rasa pesawat terguncang, saya mencoba berlindung di balik tempat duduk. Kepala saya terbentur karena guncangan," ujarnya. Para penumpang makin panik ketika melihat pesawat terbelah.
Dengan perasaan takut, penumpang pun berusaha menyelamatkan diri lewat pintu depan dan pintu darurat. Meski letak pintu pesawat dan permukaan tanah relatif tinggi, para penumpang yang panik itu tetap nekat meloncat. Karena itulah beberapa di antara mereka menderita patah tulang kaki dan lengan. Hanya dalam waktu beberapa menit, suasana di sekitar lokasi kejadian menjadi ramai. Ribuan warga terus berdatangan untuk melihat dari dekat kejadian langka ini. Sempat terjadi kemacetan lalu lintas yang membuat aparat kepolisian kewalahan.
Cuaca Buruk
Bambang Noroguntoro yang baru sebulan bertugas di Bandara Rendani menjelaskan, pihaknya sudah mulai cemas saat pilot memutuskan melanjutkan penerbangan dari Sorong. Soalnya, saat itu cuaca lagi kurang bersahabat. "Setelah terbang dari Makassar dan mendarat di Sorong, penerbangan lanjutan sebetulnya sempat tertunda akibat cuaca buruk," ucap kepala Bandara Rendani, Manokwari ini. Menurutnya, pilot pesawat sudah diingatkan agar menunggu sesaat di Sorong karena cuaca di Manokwari sangat buruk. Tapi, setelah mendapat laporan bahwa pesawat Batavia Air yang juga terbang dari Sorong berhasil mendarat dengan selamat di Manokwari meski hujan deras, pilot juga memutuskan berangkat. Kapolres Manokwari, AKBP Bambang Ricky yang ditemui di lokasi kejadian menyatakan, pihaknya akan ikut melakukan penyelidikan. Saat peristiwa, jajarannya langsung diterjunkan untuk membantu evakuasi bersama anggota TNI dan SAR. "Kita belum tahu penyebab pastinya. Tapi, saat kejadian cuaca lagi ekstrem. Hujan tengah deras-derasnya," jelas Bambang.
Investigasi KNKT
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dijadwalkan hari ini terbang ke Manokwari untuk menyelidiki penyebab insiden Merpati ini. Rencana kedatangan Tm Investigasi KNKT itu diungkapkan Bambang Noroguntoro. "Ya, besok pagi (hari ini) tim investigasi akan datang untuk melakukan penyelidikan kecelakaan ini. Mereka (Tim KNKT) katanya akan berangkat sebentar malam (tadi malam)," ucap Bambang saat ditemui di ruang kerjanya siang kemarin. Kecelakaan pesawat berbadan lebar ini merupakan yang kedua kalinya di Bandara Rendani Manokwari dalam lima tahun terakhir. Pada, 5 Januari 2005 lalu, pesawat Celebes dengan nomor penerbangan XRE 810 juga tergelincir keluar landasan pacu. Sejumlah pihak masih mempertanyakan kelayakan Bandara Rendani Manokwari untuk didarati pesawat berbadan lebar jenis Boeing. Bandara yang terletak di tengah Kota Manokwari ini sekarang memiliki panjang 2000 m X 30 m, parkir/apron 124 m X 66,8 m. Pengembangan landasan pacu sulit dilakukan karena pada kedua sisinya terdapat laut dan sungai. (sah-jpnn)