Negeri Iwaka

Negeri Iwaka
Odie

Senin, 10 Mei 2010

Memperoleh Berkat Yang Luar Biasa Melalui Penderitaan

“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” Ayub 42:2

Kata-kata di atas keluar dari mulut Ayub setelah dia mengalami penderitaan yang begitu beratnya yaitu anak-anaknya meninggal, istrinya meninggalkan dia, teman-temannya mengucilkan dia dan penyakit kulit yang parah sekali serta kehilangan seluruh harta kekayaannya. Ayub sempat tidak menerima apa yang terjadi atas dirinya, karena dia mengetahui bahwa dia adalah orang yang benar-benar taat dan setia kepada Tuhan (Ayub 1:1).
Tetapi melalui penderitaan ini Tuhan mengajarkan hal yang sangat penting kepada Ayub.

Kita akan melihat apa yang Ayub dapatkan melalui penderitaan yang dia alami:
1. Mengenal Tuhan secara pribadi

“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Ayub 42:5*courtesy of PelitaHidup.comAyub mengakui bahwa selama ini dia belum sepenuhnya mengenal Tuhan secara pribadi. Penderitaan yang dia alami membuat matanya terbuka dan melihat kebesaran kuasa Tuhan.

Penderitaan seberat apapun yang kita alami sekarang juga merupakan seijin Tuhan supaya kita dapat mengenal Tuhan lebih dekat lagi. Mungkin kita telah jauh daripada Tuhan sehingga Tuhan mengijinkan masalah datang agar kita dapat berseru kepada namaNya dan mendekatkan diri kita kepada Dia.

Ataupun kalau kita merasa sudah dekat dengan Dia, Tuhan ingin agar kita lebih lagi memperdalam hubungan kita dengan Dia. Tuhan ingin membawa kita kepada tingkat berikutnya dalam kehidupan rohani kita.Melalui penderitaan inilah iman kita diuji. Dan ketika kita dapat melalui ujian ini, maka Tuhan akan menyediakan upah bagi kita.
.
2. Mengetahui rencana Tuhan tidak ada yang gagal

“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” Ayub 42:2

Masalah yang begitu berat yang dialami oleh Ayub tidak menghentikan rencana Tuhan atas dirinya, yaitu mencurahkan berkat atas dirinya dan menjadikan dirinya kesaksian kepada semua orang.Apa yang telah Tuhan firmankan bagi kita tidak akan keluar dengan sia-sia, tetapi Tuhan akan menggenapi rencanaNya bagi hidup kita.*courtesy of PelitaHidup.com“Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. ” Yesaya 55:11

Penderitaan akan membuat iman kita semakin kuat sehingga kita dapat melihat bahwa tidak ada rencanaNya yang gagal. Kita akan melihat bahwa semua masalah maupun pencobaan yang kita alami merupakan jalan menuju tingkat yang lebih tinggi lagi dalam hubungan kita bersama Tuhan.

Sama dengan Ayub yang diberkati Tuhan dua kali lebih dari harta kekayaannya sebelumnya, demikian juga Tuhan akan memberikan kita jalan keluar dan memberkati kita semua dengan berlimpah-limpah. Tidak hanya secara materi, tetapi berkat rohani yang belum pernah kita lihat sebelumnya akan kita dapatkan oleh karena FirmanNya ya dan amin.

Mengenal Tuhan secara pribadi dan mengetahui dengan pasti bahwa rencana Tuhan yang tidak pernah gagal merupakan pengalaman yang bisa kita peroleh melalui penderitaan yan gkita alami. Ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi hidup kita. Inilah berkat yang luar biasa yang akan kita peroleh.

Tetap percaya kepadaNya apapun yang sedang kita alami saat ini. Kuasa Tuhan terlalu besar dan tidak ada sesuatupun yang mustahil di muka bumi ini. Tetap pegang kepada FirmanNya dan berserah kepadaNya, maka Dia akan memberikan kita kekuatan dan memulihkan keadaan kita pada waktuNya. Haleluya!

Hadapi Masalah Untuk Terima Mujizat

Bacaan Alkitab : Matius 14:28-31
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” Matius 14:6

(28) Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” (29) Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. (30) Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak:
“Tuhan, tolonglah aku!” (31) Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”
Yesus pernah memberi perintah kepada murid-muridNya untuk melakukan sesuatu hal yang jelas sangat tidak mungkin untuk dilakukan, yaitu pada saat ada lima ribu orang datang bersama dengan keluarganya. Saat itu mereka lapar dan murid muridNya harus mencari makanan untuk mereka semua. Ketika mereka mencari, mereka hanya mendapatkan lima roti dan dua ekor ikan – dan jelas bahwa makanan tersebut secara akal sehat tidak mungkin mencukupi untuk memberi makan orang banyak. Bahkan jika harus menyiapkan makanan bagi orang banyak tersebut, biaya makanan yang harus dikeluarkan akan jauh melebihi dari anggaran yang mereka punya.
Setelah Yesus mengambil 5 roti dan 2 ekor ikan tersebut, lalu memberkatinya dan meminta mereka untuk mendistribusikan makanan yang ada tersebut kepada 5000 orang. Perintah Yesus ini merupakan suatu hal tidak mungkin, sesuatu yang sangat tidak masuk akal bagi para murid. Pada saat mereka menerima 5 roti dan 2 ekor ikan itu, pasti mereka berpikir apakah makanan itu bisa mengenyangkan banyak orang? Namun itulah yang Yesus minta kepada mereka untuk dilakukan. Karena Yesus telah memberikan perintah, maka para murid-muridpun mematuhi Nya. Namun perhatikan bahwa akhirnya mereka dapat menyaksikan sebuah keajaiban yang sangat luar biasa. Mujizat terjadi. Lima ribu orang makan kenyang dan bahkan makanan yang dibagikan masih tersisa.
Jika Anda mau memperhatikan kehidupan Anda, Tuhan akan menuntun Anda ke banyak situasi yang tampak mustahil. Jangan coba untuk menghindarinya. Jangan lari atau meninggalkan apa yang Anda hadapi, karena Anda akan mengalami kebesaran Tuhan. Yang membedakan antara apa yang tampaknya mustahil untuk kita dan apa yang sebenarnya mungkin adalah sebuah kata atau Firman dari Tuhan. Perhatikan : Iman menerima perintah ilahi-Nya dan kita tidak mungkin mengerjakannya karena hanya Tuhan yang akan menyelesaikan dan melakukannya.

Ketika Tuhan mengatakan kepada Petrus : “ Mari, datanglah!”, mata dan hati Petrus tertuju pada Tuhan Yesus dan dia tidak tergoncangkan oleh situasi dan kondisi yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh manusia biasa. Namun ketika ia mulai membiarkan dirinya merasakan keanehan yang ada dan memperhatikan sekelilingnya, ia mulai tenggelam.
“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.” Ibrani 12:2a
Ketika kita fokus kepada Tuhan, maka kita akan melihat kemuliaan Tuhan terjadi dalam situasi yang paling mustahil sekalipun. Mari arahkan mata, hati dan pandangan Anda hanya pada Tuhan saja, yang akan memimpin seluruh hidup Anda menuju kepada kemenangan dan keajaiban, yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan.
Maju bersama dengan Yesus dan putuskan bahwa Anda siap menghadapi kemustahilan apapun juga. Apapun yang Tuhan taruh di depan kita, apapun yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita, lakukanlah segera dan jangan menundanya. Dia menunggu langkah iman Anda. Saat Anda mulai bergerak, Allah juga bergerak untuk menyempurnakan segala sesuatunya. Tidak peduli kelihatan sangat tidak mungkin, Anda akan mengalami sukacita karena melihat Tuhan melakukan keajaiban, dan begitu juga orang-orang di sekitar Anda. (Gbu) sumber http://www.pelitahidup.com

Minggu, 09 Mei 2010

Peresmian Rumah Pintar LEMASA

Direktur Eksekutif Lembaga Masyarakat Adat Suku Amungme (Lemasa), Nerius Katagame, (Rabu, 28/4) telah meresmikan Rumah Pintar Lemasa, Jalan Agimuga No. I Mile 32, Kuala Kencana. Peres­mian itu ditandai dengan pembukaan selubung papan nama sekolah serta penyematan alat sekolah berupa noken adat.
Para tamu undangan yang hadir antara lain Kepala Dinas Perhubungan Mimika Suparno SE. Sekretaris Dinas Pendidikan Me­nengah Drs. Bartolorneus Ku­nong, Sekretaris Eksekutif LPM­AK lmanuel Kemong, Badan Musyawarah LPMAK Andreas Anggaibak dan Kabid Bina Mitra Polres Mimika Kompol Naomi Giay. Kemudian Perwira Seksi Teritorial (Pasiter) Kodim 1710 Mimika Kapten Kav. Feri S. Lahe, Senior Coordinator Prinicipal Yayasan Pendidikan Jayawijaya (YPJ) Kuala Kencana Yohan Wambrauw, perwakilan PTFI dari SLD/CR John Wamafma, Manager Marketing Bank Mega, Mery, perwakilan PT. Hasjrat Abadi, tamu undangan dan masyarakat Amungme.
Menurut Mama Julia Pogolamon seorang pelopor, sekaligus sebagai ketua panitia persemian bahwa program ini bahwa kegiatan belajarnya sebenarnya sudah berjalan sejak tahun 2009 hanya saja tempatnya di rumah nya di Kompleks Kwamki Baru. Dengan jumlah murid berjumlah 100 orang. . rata-rata mereka adalah kaum putus sekolah serta beberapa orang dewasa yang belum bisa baca tulis. karena jumlah siswa terus bertambah serta menyadarai ada asset LEMASA ( kantor) atau tsorei ( Honai) yang selama ini tidak difungsikan maka kegiatannya di fokuskan di sini agar setiap Amungme ada rasa memiliki Tsorei.
Mama Juliana sangat berharap pembangunan rumah pintar ini bermanfaat bagi anak-anak yang rindu mengenyam pendidikan non formal dengan satu tujuan untuk mengatasi buta huruf. Selain itu, program seperti ini harus bisa menjadi contoh kampung-kampung yang lain .
Dalam sambutananya sekretaris Dinas Pendidikan Menengah Drs. Bartolomeus Kunong mengatakan, " Kegia­tan sekolah non formal sudah ber­langsung lama. dan berhasil mengatasi buta huruf di seluruh Indonesia. Program pendidikan menengah di tahun 2010, menurutnya telah diusulkan ke Pemda. Salah satu program sekolah non formal yang diusulkan ada dibeberapa titik antara lain : Kwamki Lama, SP 1, SP 2, Sempan, Nawaripidan Koperapoka.

Untuk program 2010 yang sudah dan akan dibangun salah satunya Rumah Pintar milik Lemasa. Kemudian di Kampung Ayuka, Distrik Mimika Timur Jauh dan Pomako. “Di Pomako banyak dari mereka yang rindu sekolah, walaupun sudah umuran orang tua,” ungkap Kunong.

Kegiatan non formal ini perlu didukung, karena banyak anak-anak usia dewasa atau orang tua mempunyai keinginan berse­kolah untuk mengeyam pendidikan layaknya orang lain. Sehingga mereka perlu dibina dalam suatu wadah yakni pendidikan non formal.

Rumah pintar bertujuan untuk menampung anak-anak yang belajar, sehingga mampu mempersiapkan SDM untuk masuk pendidikan yang lebih tinggi. Karena itu perlu dukungan dari semua pihak.
PTFI sangat mendukung program ini dengan tujuan untuk peningkatan SDM khususnya anak-anak Amungme dan Kamoro. Kegiatan ini merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, lembaga adat dan semua pihak yang bertujuan mendorong program non formal dengan membenahi pendidikan yang ada. PTFI salud dengan lembaga adat atas kepeduliannya terhadap anak-anak Amungme dengan upaya membangun wadah bagi mereka yang ingin bersekolah. ungkap Sr. Liason Office Community Relation PTFI bapak John Wamafma

Kunjungan Dirut Lemasa ke Banti

LEMASA harus lebih berperan aktif menangani dan menyelesaikan tiap masalah yang terjadi, selama ini dinilai belum menyentuh kebutuhan masyarakat Amungme. Kantor LEMASA sudah ada kenapa tidak difungsikan” dikemukakan oleh Naimun Natkime (kepala Suku Amungme di Banti) saat kunjungan Direktur LEMASA bersama Dewan Adat Amungme ke Waa Banti 22 – 23 April 2010.

Selain membangun Kantor LEMASA di dataran rendah Timika (Mile 32), PTFI juga membangun sebuah kantor bagi LEMASA di Lembah Waa – Banti guna menunjang aktivitas LEMASA di tiga Desa (Banti,Aroanop dan Tsinga). Namun selama ini tidak difungsikan, sehingga sementara dijadikan pos satgas Brimob sejak timbulnya perang dan konflik antar warga tahun 2007.

Rombongan terdiri dari, Nerius Katagame (Direktur Lemasa), Karel Beanal (Dewan Adat Amungme), Lewi Beanal ( Nerek Naisorei Tsinga), dan perwakilan PTFI yaitu kepala seksi Stakeholder Relation Community Relation, Roga Pendawa Lima dan Sr Liaison Officer, relationship Buildin John Wamafma .

Selama dua hari di lembah Waa rombongan mengadakan pertemuan dengan Kapolsek Tembagapura, guna membahas rencana penggunaan kembali kantor LEMASA di Banti I , mengadakan dialog dengan tokoh masayarakat, pemuda dan intelektual tiga desa dan mengunjungi Rumah sakit Waa Banti yang dikelola Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro ( LPMAK) .

Menurut Sudirman (Kapolsek Tembagapura), rencana LEMASA akan menggunakan kantornya di Banti sudah disampaikan oleh Kapolres. Prinsipnya kami senang karena akan akan lebih mudah berkoordinasi dalam penanganan konflik yang terjadi ditengah masyarakat. Disarankan LEMASA bisa berkoordinasi dengan Kapolres dan PTFI untuk mencari lokasi baru yang bisa dijadikan sebagai Pos Brimob dengan pertimbangan lokasi tidak jauh dari Banti dan Kimbeli karena menurut pantaunanya Banti dan Kimbeli masih memiliki potensi konflik yang sangat besar.”

Dalam kesempatan ini, Nerius mengatakan bahwa ia (LEMASA) akan berkoordinasi dengan Kapolres dan bersama-sama PTFI akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun Pos Brimob. Dan setelah itu kantor LEMASA akan diserahkan kepada PTFI untuk diperbaiki sebelum diresmikan. LEMASA sangat berterimakasih kepada Kapolsek Tembagapura, Kapolres serta anggota satgas Brimob yang selama ini sudah menjaga keamanan dengan baik di Lembah Waa – Banti.

”PTFI ada aturannya, terkait dengan rencana pembangunan Pos satgas Brimob sebaiknya LEMASA dan Kapolres melakukan koordinasi dengan Departemen sekuriti, karena SLD/CR lebih memfokuskan pada pelayanan dan sosial masayarakat”. Tutur Roga Pendalawa Lima dalam pertemuan bersama Lemasa dan Kapolsek Tembagapura.


MIRAS masih menjadi pemicu Konflik terbesar
(Seputar diskusi dengan Warga di Banti)
Mabuk bukan budaya kita. LEMASA harus ada di sini agar bisa melihat dan membantu memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi, karena itu Tsorei (kantor LEMASA ) harus ada asap atau difungsikan kembali. Disampaikan Hermanus Omaleng (tokoh intelektual Amungme)

Sejauh ini peraturan daerah No. 5 Tahun 2007 tentang larangan peredaran minuman keras belum bisa dijalankan semestinya, seolah-olah hanya untuk menenangkan berbagai aktivitas kaum perempuan yang melakukan aksi protes ke DPR. Bukannya berkurang Penjualan MIRAS malahan semakin meningkat konsumsinya. .tidak hanya di Timika, namun merambat ke pedalaman kususnya di Lembah Waa Banti, meski sudah dilarang dan diperketat namun masih ada yang mengkonsumsi Miras, dan menimbulkan keresahan yang tidak jarang berujung pada konflik antar warga.

LEMASA merupakan wakil dan pelayan bagi Amungme, tidak saja berperan dalam menyelesaikan berbagai konflik di atas tanahnya, namun harus mampu menerawang jauh ke depan bagaimana keberadaan Amungme bila suatu saat nanti tidak ada operasi tambang di sini (pasca tambang).

Setelah mendapat masukan dari tokoh Masyarakat dan kaum Intelektual tiga Desa dan tokoh pemuda mengenai MIRAS saat berdialog di ruang pertemuan Banti. ”Katagame, langsung meminta kepada Kapolsek Tembagapura agar lebih tegas mencegah dan mengatasi penjualan yang masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun aparat, sebab konflik yang terjadi selama ini lebih sering diakibatkan karena konsumsi MIRAS. Hal ini harus disikapi lebih serius oleh masyarakat maupun polisi demi ketentraman warga dan masa depan yang lebih baik” .Tegas Nerius

Selain itu, kepala suku Amungme di Banti Anis Natkime. Meresahkan kehadiran pendatang dan pendulang ( Suku Dani, Damal, Moni dan Suku lain ), yang menurutnya sangat mengganggu, beberapa lokasi di lembah ini sudah dikuasai. ”Mencari makan itu penting namun harus menghargai tuan rumah. LEMASA sangat penting bagi orang Amungme, karena itu harus serius bergandengtangan dengan masyarakat dan pihak-pihak lain untuk membangun orang Amungme.”

Komentar lainnya disampaikan oleh Marthen Omaleng (tokoh Masyarakat). Ia sangat berterimakasih kasih atas kunjungan ini. Menurutnya selama 16 tahun LEMASA berdiri, setelah kunjungan Pak Tom Beanal (1997) dan selama gonta – ganti pimpinan LEMASA selama 13 tahun (1997 – 2010) baru Pak Nerius yang mengunjungi Lembah Waa. Sementara di Banti tidak ada perwakilan LEMASA, banyak persoalan terjadi kami tidak tahu harus berdiskusi dengan siapa karena tidak ada pengurus.

Menurut John Wamafma (Sr. Liason Officer Community Relation PTFI) dari kunjungan tersebut ada tiga hal penting yang akan menjadi agenda kerja LEMASA dan Dewan Adat Amungme dalam waktu dekat yaitu ; Kantor LEMASA di Waa Banti akan difungsikan kembali sehingga bisa mengakomodir dan menyelesaikan persoalan di tiga desa. Penjualan MIRAS yang masih beredar secara ilegal akan menjadi perhatian bersama aparat, masyarakat dan LEMASA, sudah mendapat ketegasan dari Kapolsek Tembagapura. Selain itu, Masalah pendatang (pendulang Ilegal) yang memiliki potensi Konflik antar suku LEMASA akan bekerjasama dengan Pemerintah untuk melakukan pendataan (sensus) serta mencari solusi terbaik.

Kimbeli


Kimbeli adalah kawasan adat suku Amungme dan area kebun milik marga Natkime terletak dekat desa Banti. Kawasan tersebut dihuni oleh suku Dani, Damal dan Moni, sehingga membentuk sebuah pemukiman liar. Karena alasan tertentu mereka datang dengan cara berjalan kaki dari kampung Sugapa, Beoga dan Ilaga. Sedangkan sebagian kelompok lainnya datang dari dataran rendah Timika.

Sebelum era Kimbeli, kelompok yang sama membuat pemukiman di Utekini Lama dan Pindah Baru di lembah Waa. Masih merupakan wilayah adat milik marga Natkime. Karena alasan rawan longsor dan menghindari konflik perang antar suku Dani dengan suku Amungme, pemerintah dengan dukungan perusahaan memindahkan mereka ke dataran rendah Timika (sekarang SP XII dan SP IX) .

Namun, tidak semua warga yang ikut dalam program pemindahan tersebut. Dengan persetujuan tokoh-tokoh masyarakat suku Amungme beberapa marga asal suku Damal, Moni dan Dani dipersilahkan tinggal di daerah Kembeliogom.

Karena di lokasi yang baru di dataran rendah banyak warga pindahanini banyak terkena malaria maka sebagaian diantara mereka (suku Damal,Dani dan Moni) kembali ke Kembeliogom dengan alasan di Timika terlalu panas dan mereka sering sakit malaria, dan alasan lainya adalah mau mencari pekerjaan di PT. Freeport serta alasan ikut keluarga.. sementara laporan CLO High Land (Agustus 2007) menunjukkan alasan, dan pendulangan menjadi bidang pekerjaan baru yang menjanjikan, karena bisa mendapatkan uang tiap minggu.

Saat ini diperkirakan lebih dari 3000 jiwa warga dari suku Dani, Moni, Damal termasuk pendatang dari luar papua yang bermukim di Kembeliogom atau Kembeli serta disepanjang Kali kabur (Aganatogom) hingga Utikini Lama.

Kimbeli


Kimbeli adalah kawasan adat suku Amungme dan area kebun milik marga Natkime terletak dekat desa Banti. Kawasan tersebut dihuni oleh suku Dani, Damal dan Moni, sehingga membentuk sebuah pemukiman liar. Karena alasan tertentu mereka datang dengan cara berjalan kaki dari kampung Sugapa, Beoga dan Ilaga. Sedangkan sebagian kelompok lainnya datang dari dataran rendah Timika.

Sebelum era Kimbeli, kelompok yang sama membuat pemukiman di Utekini Lama dan Pindah Baru di lembah Waa. Masih merupakan wilayah adat milik marga Natkime. Karena alasan rawan longsor dan menghindari konflik perang antar suku Dani dengan suku Amungme, pemerintah dengan dukungan perusahaan memindahkan mereka ke dataran rendah Timika (sekarang SP XII dan SP IX) .

Namun, tidak semua warga yang ikut dalam program pemindahan tersebut. Dengan persetujuan tokoh-tokoh masyarakat suku Amungme beberapa marga asal suku Damal, Moni dan Dani dipersilahkan tinggal di daerah Kembeliogom.

Karena di lokasi yang baru di dataran rendah banyak warga pindahanini banyak terkena malaria maka sebagaian diantara mereka (suku Damal,Dani dan Moni) kembali ke Kembeliogom dengan alasan di Timika terlalu panas dan mereka sering sakit malaria, dan alasan lainya adalah mau mencari pekerjaan di PT. Freeport serta alasan ikut keluarga.. sementara laporan CLO High Land (Agustus 2007) menunjukkan alasan, dan pendulangan menjadi bidang pekerjaan baru yang menjanjikan, karena bisa mendapatkan uang tiap minggu.

Saat ini diperkirakan lebih dari 3000 jiwa warga dari suku Dani, Moni, Damal termasuk pendatang dari luar papua yang bermukim di Kembeliogom atau Kembeli serta disepanjang Kali kabur (Aganatogom) hingga Utikini Lama.